![]() |
doc. Tyas/arta |
Araaita.com- Komunitas
Baca Rakyat (KOBAR) adakan acara bedah buku dan seminar secara gratis untuk khalayak
umum terlebih seluruh mahasiswa UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Buku yang
dibedah dalam seminar ini merupakan buku puisi milik Raedu Basha dengan judul
Hadra Kiai, buku yang mendapat penghargaan diperingatan Hari Puisi Indonesia
tahun 2017.
Acara
yang dilaksanakan di gedung twin tower lantai sembilan itu mendatangkan tiga
pemateri diantaranya Raedu Basha sebagai pembicara utama, M. Faizi dan rektor
UINSA Abd A’la yang hari ini berhalangan hadir karena sedang berada di India.
Buku
yang terbit September 2017 ini menceritakan tentang manakib atau cerita seorang
ulama (kiai) dalam bentuk puisi. Menurut Raedu Basha buku ini merupakan buku
pertama yang mengangkat biografi atau riwayat para ulama berbentuk puisi, kiai
yang diangkat dalam buku Hadra Kiai ini merupakan kiai yang tidak pernah tampil
di layar kaca (televisi, red).
Raedu
menjelaskan alasannya menulis biografi dalam bentuk puisi ini karena beberapa tahun
terakhir ia tengah merasa gelisah pikiran. Ia gundah lantaran sering munculnya
kiai-kiai yang lucu dan islam-islam lucu di layar kaca. Di tambah ia sedikit
tertantang karena belum ada penulis puisi yang menggunakan metode atau
mengangkat tema kiai Indonesia dalam konsep puisi.
“Saya
merasa kiai diluaran sana itu tidak sama yang saya alami dan temui ketika di pesantren,
tidak selucu itu ustadz yang ada di pesantren, gangguan itu lah yang membuat
saya beranjak menulis biografi puisi dalam buku Hadra Kiai ini,” ujar Raedu
Basha dengan tersenyum.
Raedu
Basha pun menekankan agar pembaca bisa mengenali kiai-kiai yang berada
dikampung maupun di beranda mushola. Karena menurutya mereka lah yang sebenarnya
benar-benar berjuang untuk menjadikan muslim Indonesia yang mumpuni.
“Kiai
yang tidak pernah nongol di tv, merekalah sebenarnya yang benar-benar berjuang, tidak
ada iklan dan merekalah yang harus kita kenali,” tambahnya ketika ditemui crew
araiata.com.
Sebagai
pembanding, M. Faizi mengungkapkan bahwa puisi-puisi Raedu banyak berbentuk
gurindam. Hal itupun diakui oleh Raedu tanda sepakat dengan komentar penulis
buku Celoteh Jalanan itu.
“Saya akui memang tulisan saya ada yang
berbentuk gurindam, bahkan sampai ada yang saya enggak tau bentuknya,” aku
Reudu.
Pria
yang sedang menyusun buku bertema ulama perempuan Indonesia itu membagikan kiat-kiat
menulisnya. Bahwa ketika seseorang berniat menulis, maka terlebih dahulu ia
harus menguasai tema yang diangkat. Sebagaimana prinsipnya bahwa ia tidak akan
menulis apa yang belum ia pahami.
“Saya
mengendapkan karya-karya itu beberapa lama tidak langsung tulis, jadi saya bawa
jalan-jalan, ngopi, intinya harus menikmati, karena saya enggak bisa buat deadline,
memang buku ini sesuai mood,”
ungkapnya. (Yas)
No comments:
Post a Comment