![]() |
doc. Istimewa |
Araaita.com - Tiga mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel
Surabaya berhasil tembus ke kancah nasional. Ketiga mahasiswa tersebut tak lain
adalah Ulil Manaqib Prodi
Hukum Keluarga, Abu Zulal Ma’in
Prodi Hukum Tata Negara, Victor Albadiu Ratib Prodi Hukum Keluarga, yang merupakan anggota dari Law Debat Community (LDC) yakni
sebuah komunitas yang dinaungi oleh DEMA FSH.
Tiga mahasiswa yang menjadi delegasi UINSA
itu berhasil meraih
juara 1 lomba debat
tingkat nasional yang
diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tak
hanya itu, FSH juga sempat meraih juara 1 lomba debat tingkat regional di
Narotama Surabaya pada 2017
silam. Sebelumnya FSH pun demikian berhasil meraih juara 1 lomba debat
tingkat regional Se-perguruan
Tinggi Islam Jawa Timur di Tulungagung tahun 2018.
Kendati keberhasilan yang
didapatkan, tak lepas dari kisah-kisah yang memilukan. Kisah yang bermula dari seleksi pemberkasan hingga hanya terpilih 16
universitas di seluruh
Indonesia.
“Bagi yang tercepat mengumpulkan berkas, maka itu yang terpilih untuk dapat mengikuti lomba debat,” papar Ulil.
Bukanlah sebuah hadiah, namun sebuah anugrah
atas kerja keras yang telah dilakukan oleh segenap tim untuk mempersiapkan segala
berkas yang dibutuhkan dengan tepat waktu. UINSA pun lolos seleksi pemberkasan
dan terpilih ke dalam 16 besar universitas seindonesia tersebut.
Segala persiapan pun sudah dilakukan jauh-jauh
hari dalam kurun 1 bulan lamanya mereka telah mempersiapkan itu semua,
baik dari segi teori, teknis, dan strategi. Tapi, dibalik persiapan yang telah
terencanakan, tak lekang dari
hambatan yang menghadang perjalanan mereka.
Misalnya, sulit untuk berkumpul agar dapat berdiskusi bersama, lantaran kesibukan masing-masing anggota. Namun, hambatan tersebut tak lantas menghentikan usaha mereka, mereka tetap berusaha berdiskusi di sela kesibukan yang ada. Hingga, akhirnya mereka dapat meluangkan waktunya setiap minggu untuk diskusi mosi atau membedah tema debat.
Misalnya, sulit untuk berkumpul agar dapat berdiskusi bersama, lantaran kesibukan masing-masing anggota. Namun, hambatan tersebut tak lantas menghentikan usaha mereka, mereka tetap berusaha berdiskusi di sela kesibukan yang ada. Hingga, akhirnya mereka dapat meluangkan waktunya setiap minggu untuk diskusi mosi atau membedah tema debat.
Disamping itu, juga terdapat kisah memilukan lainnya.
Keberhasilan yang mereka raih, tidaklah didapat dengan mudah,
mereka banyak sekali mendapatkan kesulitan. Berawal dari kisah perjalanan mereka menuju Yogyakarta.
Perjalanan yang memang mereka inginkan sejak awal adalah dengan menggunakan bus.
“Awalnya
kita sudah planning naik bus, tapi tiba-tiba pihak fakultas menyarankan untuk
naik kereta api. Tapi pada akhirnya kita tetap milih naik bus,” ujarnya.
Namun naas, bus yang ditunggu sedari
pukul 09.00 WIB tak kunjung datang. Setelah bertanya kepada petugas yang berjaga, mereka mendapat informasi bahwa bus
jurusan ke Yogyakarta jarang
adanya dan juga sering penuh
oleh penumpang. Mereka
pun disarankan untuk pergi ke terminal bus yang lain. Sayangnya di terminal
yang lain juga demikian adanya, bus yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung
datang.
Kekesalan serta Kekecewaan pun menyelimuti perasaan mereka. Mereka pun harus menunggu berjam-jam demi mendapatkan bus tujuan mereka. Hingga bus jurusan Yogyakarta itu pun datang pada pukul 23.00 WIB. Dari kejadian tersebut mereka berprasangka bahwa mereka akan mendapat keberuntungan.
Kekesalan serta Kekecewaan pun menyelimuti perasaan mereka. Mereka pun harus menunggu berjam-jam demi mendapatkan bus tujuan mereka. Hingga bus jurusan Yogyakarta itu pun datang pada pukul 23.00 WIB. Dari kejadian tersebut mereka berprasangka bahwa mereka akan mendapat keberuntungan.
“Kami belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa
untuk mencapai keberhasilan itu tak didapat dengan mudah. Banyak kesulitan yang
harus kami hadapi, tapi Kami yakin bahwa kesulitan ini adalah pertanda baik. Eh
ternyata benar kita dapat juara 1,” lirih Ulil Manaqib. (Ning)
No comments:
Post a Comment